Tony Rosyid: Firli dan Prahara di KPK

    Tony Rosyid: Firli dan Prahara di KPK
    Firli Bahuri, Ketua KPK RI

    OPINI - Sejak dipimpin Firli, KPK terus mengalami kegaduhan. Kegaduhan dimulai dari Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Tes ini dibaca publik sebagai cara efektif untuk menendang para penyidik idealis di KPK. Idealis artinya penyidik yang berani menolak terhadap intervensi kepentingan. Dengan TWK ini, orang seperti Novel Baswedan, dkk ditendang dari KPK. Bagaimana mungkin penyidik yang selalu sukses melakukan OTT terhadap para koruptor kakap itu tidak lolos TWK? Nyata ini sebuah kejanggalan.

    Setelah TWK sukses mengusir Novel Baswedan dkk, babak baru KPK telah dimulai. Ekspektasi publik terhadap lembaga anti rusuah drastis turun. Publik mulai tidak percaya. Terutama ketika sejumlah nama yang disebut sebagai pelaku korupsi lolos. Koruptor yang telah ditetapkan jadi tersangka menghilang. Harun Masiku misalnya, aktor yang dianggap saksi kunci untuk membongkar tokoh-tokoh penting lainnya, justru menghilang. Hilangnya Harun Masiku telah memutus mata rantai korupsi yang melibatkan tokoh-tokoh penting di negeri ini. Dimana Harun Masiku sekarang berada? Kenapa presiden Jokowi tidak ikut mendesak KPK agar Harun Masiku dicari sampai ketemu? KPK pun nampaknya sudah melupakan nama ini. Apakah harus menunggu pimpinan KPK yang baru untuk menangkap Harun Masiku?

    Belum juga kasus hilangnya Harun Masiku terlupakan, Firli, ketua KPK sebagaimana diungkap oleh Majalah Tempo berupaya memaksakan Formula E untuk mentersangkakan Anies. Delapan kali gelar perkara Formula E, para penyidik tidak menemukan alat bukti cukup. Formula E clear dan tidak bisa dinaikkan ke penyidikan. Tapi, Firli terus mendorong dan mendesak kepada para penyidik untuk menaikkan Anies jadi tersangka. Mereka menolak. Akibatnya? Tiga senior penyidik KPK dipecat dari jabatannya dan dikembalikan ke institusi asalnya. Mereka adalah Fitroh, Karyoto dan Endar. Fitroh dikembalikan ke kejaksaan, Karyoto dan Endar ke polri. Kapolri menerima Karyoto dan dilantik menjadi Kapolda Metro Jaya. Sementara pengembalian Endar ditolak oleh Kapolri. Dua kali Kapolri kirim surat ke KPK agar Endar tetap berada di KPK. Firli kekeuh ingin mendepak Endar. Dari sini, prahara di KPK meledak. 

    Sepak terjang Firli oleh banyak pihak, termasuk oleh para pegawai KPK  dianggap melampaui batas. Keterlaluan! Rekaman voice note yang beredar ke publik menunjukkan mulai adanya pembangkangan para pegawai KPK terhadap Firli. Siapa yang membocorkan voice note itu? Sumbernya dipastikan dari internal. Ini tidak mungkin terjadi jika Firli tidak dianggap keterlaluan.

    Endar telah melaporkan Firli ke Polda Metro Jaya yang saat ini dipimpin oleh Irjen Karyoto, mantan kolega Endar di KPK yang selama ini dikenal tegas dan tegak lurus. Firli dituduh menyalahgunakan kewenangannya sebagai ketua KPK. Apakah proses hukum di Polda Metro Jaya akan memenjarakan Firli? Sekuat apa Firli bisa menghindari laporan pidananya di Polda Metro Jaya?

    Firli juga dituduh melanggar pasal lain kerena diduga membocorkan sprindik kasus korupsi di ESDM. Sejumlah mantan pimpinan KPK juga sedang bersiap untuk mempolisikan Firli.

    Akibat ulah Firli, KPK kini gonjang ganjing. KPK harus menghadapi prahara yang entah akan bagaimana ujungnya. Inilah situasi terburuk yang pernah dialami selama KPK lahir.

    Gedung KPK juga mulai dikepung mahasiswa. Mereka menuntut Firli mundur. Firli dianggap tidak cocok memimpin KPK. Firli diduga sebagai aktor yang menjadikan KPK sebagai alat politik praktis. Firli di mata publik dituduh sebagai operator politik yang berperan menghabisi tokoh-tokoh yang dianggap berseberangan dengan kepentingan praktis dari kekuasaan.

    Dengan prahara yang semakin membesar di tubuh KPK, apakah Firli akan kekeuh melanjutkan operasinya? Atau ia akan mundur dari ketua KPK untuk mengurangi beban dari tekanan banyak pihak yang semakin membesar gelombangnya? 

    Chicago USA, 11 April 2023

    Tony Rosyid
    Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

    tony rosyid kpk firli bahuri
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Tony Rosyid: Mengapa Istana Sibuk Dengan...

    Artikel Berikutnya

    Hendri Kampai: Macan Versus Banteng di Antara...

    Komentar

    Berita terkait